Akademi Perawatan di Nabire Untuk Siapa?



CURHAT SEORANG MATRI,TAMATAN AKPER NABIRE-PAPUA YANG PEGAWAI HONOLER DI DISTRIK TOPO,KAMPUNG PALING JAUH DARI KOTA.


Kata seorang Mantri itu,namanya tidak sempat disebutkan:
 

Pada tahun 2008 saya tamat dari sekolah menenggah(SMA)di Nabire lalu,saya ingin melanjutkan sekolah kedokteran diluar daerah dan diluar Papua,namun saya mendengar banyak masukan dari berbagai teman dan saudara saya katanya,biaya untuk kedokteran sangat mahal diluar daerah dan Papua,sehingga saya memilih untuk melanjutkan pendidikan saya di sekolah,Akademi Perawatan di Nabire(Akper)yang dimana saya selesaikan jejak pendidikan SMA.

Saya sangat bersyukur atas kehadiran sekolah Akper di Nabire ini,karena jujur saja Sekolah Akper ini sangat menunjang bagi anak-anak Papua yang ekonominya kurang mapang seperti saya ini yang hanya membiayai study dengan modal kerja borongan saja dapat memberikan sedikit keriganan bagi saya,karena saya tau diluar sana jauh lebih mahal,walaupun kualitas bedah namun,menurut saya kualitas bukan menjadi ukuran sebenarnya tapi yang utama adalah kembali kepada fokus kita dengan cara belajar kita untuk mendalaminya kealihan yang kita ambil.

Perjalanan saya selama saya menempuh pendidikan saya di Akper ini,sangat banyak seluk-beluk yang saya lewati,namun itu saya anggap soal biasa dalam seorang melanjutkan  pendidikan ditingkat yang lebih tinggi selalu dan pasti dialaminya tentang hal itu.dan saya sangat bersyukur karena pada tahun 2012 ini saya sudah selesai dari sekolah Akademi Perawatan dengan lulusan terbaik.

Pada tahun 2012 saya selesai,saya masih mencari pekerjaan dengan membawa lamaran kerja saya di Nabire.setelah memasuki tahun 2013 saya belum putus dengan kegiatan mencari kerja di kota Nabire,pada tahun yang sama saya lari kerumah sakit umum di Siriwini,setelah saya beberapakali pergi.sesampainya disana saya bertemu dengan ade saya,  dibawah satu tingkat dari saya,orang jawa sedang kerja di rumah sakit umum,pada saat itu saya bertanya:”ade disini praktek ka?dia menjawab “tidak kaka,saya pegawai disini,sudah kerja”.saat itu hati saya terpukul dan saya berkata,sungguh bagaimana dia dapat bekerja disisni,sedang dia bukan orang asli Papua dan seakan saya orang pendatang yang sulit untuk mencari bekerja!



Setelah beberapa minggu kemudian,karena Tuhan melihat kerja keras saya,saya diberi kabar dari teman saya untuk bekerja,walaupun pekerjaan itu berat namun tetap saya siap karena saya ingin kerja melayani masyarakat.ternyata pekerjaan itu sangat jauh dari kota,sekitar 100km dari tempat tinggal saya dan pekerjaan itu adalah menjadi pekerja honorer disebuah desa di Puskesmas.disana sampai hari saya bekerja dan pekerjaan ini sudah tiga tahun saya kerja.saya banyak menyelamatkan masyarakat disana dan saya melayani dengan hati walaupun gaji tidak sebanding kerja saya.

Sebagai akhir kata saya,saya ingin pesan kepada Pemerintah daerah bahwa tolong lihat kami yang melayani di desa-desa terpencil,karena melihat dari pelayanan dan letak geografisnya sangat berbedah tidak sebanding dengan upa yang kami dapatkan,kami yang bekerja keras dimedan yang berat tidak sesuai gajinya,tapi mereka yang bekerja di kota yang lebih banyak waktu kosong menerima gaji mutlak lebih dari kerja mereka.hal ini Pemerintah harus melihat dengan mata yang jernih karena kesehatan adalah,sangat penting yang berkaitan dengan keselamatan nyawa manusia.

Kalau Orang Papua tidak di prioritaskan menjadi pelayang masyarakat di Nabire.Akper yang ada di kota Nabire itu,untuk siapa?

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

  • FWP
  • Potret Anak Melanesia

    PaM

    woter

    Translate